TANJUNGHARJO, TITIK PENGUNGKIT TANJUNGDINAR.
Saat mendengar kata tanjungemas, konsep apakah yang terbentuk secara instan pada benak kita ? Serentak semua akan menyebut nama pelabuhan laut semarang. Adakah yang mencoba masuk pada tataran 'filosofis ' dari nama itu ?
Sejenak kita berfikir kontemplatif, maka akan mendapatkan bangunan konsep nama itu menggambarkan visi adanya kawasan yang menghasilkan emas. Dalam bahasa sederhana : sebuah kawasan pengungkit (pull area) peningkatan kemakmuran kawasan sekitar.
Jika anak kata 'emas ' diubah dengan 'dinar ' , dimana secara harfiah adalah keping uang emas ? Tentu semua akan setuju bahwa dalam tataran konsep alat tukar, orang akan mengatakan -setidaknya -dalam kisah arab klasik, lebih bernilai keping mata uang emas dibanding dengan emas batangan.
Atas konsep itu, maka muncul kawasan tanjungdinar.
Kawasan tanjungdinar adalah kawasan pengembangan agropolitan di kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Dengan basis potensi salak wedi, kawasan ini sekarang berkembang menjadi destinasi agrowisata unggulan, selain agroblimbing di desa mojo kecamatan kalitidu, di Kabupaten Bojonegoro. Buah salak memang 'trade mark ' desa wedi, tapi jangan salah, destinasi agrowisata justru berada di Desa Tanjungharjo. Berlokasi di dusun Karang, pengunjung akan terhapuskan kesan bahwa kebun salak adalah kotor, kumuh dan tidak tertata.
Dengan pendampingan dari dinas terkait, keberadaan agro, destinasi agrowisata salak tanjung harjo menjadi kawasan yang bersih, nyaman dan indah. Dalam kerangka pengembangan, beberapa fasilitas pendukung terus di bangun, roadmap kegiatan dan program selalu diperbarui.
Maka muncul lebih kurang 36 produk makanan kecil berbahan dasar salak.
Tidak lebih 1 km arah timur kebun salak, mulai tahun kemarin sedang diuji coba penanaman kelengkeng untuk tercipta destinasi baru, yakni kebun kelengkeng.
Berdasar buku tamu pokdarwis, terdapat 836 rombongan wislok yang mengunjungi destinasi ini. Jika rata rata anggota rombongan adalah 12 orang maka akan ketemu jumlah pengunjung 10.032 orang. Apabila per orang membelanjakan Rp. 25.000 maka telah terjadi perputaran Rp. 250.800.000.
Dengan angka ini, tentu, pantas kalau kita sebut Tanjung harjo adalah titik ungkit pertumbuhan tanjungdinar.
TIDAKKAH KITA TERGERAK UNTUK MENJADI ROMBONGAN BERIKUTNYA...?