Matahari mulai menancapkan sengatnya di kulit ketika kami masuk di sebuah ruang berukuran 4 x 6 meter. Panas sinar matahari menerobos masuk di sela sela dinding anyaman bambu yang menjadi dinding rumah itu. "Aduuuh...bapak ibu tidak usahlah masuk. Pengap, bau dan toh hari ini kami sedang tidak berproduksi", cegah lelaki kekar seusia kurang lebih 30 tahunan.
"Gak apa apa pak. Toh memang ruangan ini bukan tempat membuat minyak wangi, kan ?", jawab kami.
Kami dan lelaki itu lantas sama sama tertawa lepas. Maka kemudian kami bersama sama masuk, melihat-lihat, mengamati dan bertanya tanya seputar operasional alat dan kegunaan ruangan itu.
"Sudahlah. Agar lebih 'gayeng' ceritanya nanti di rumah saja" sergah lelaki kekar itu.
Sebagai tamu kami patuh tuan rumah. Setelah sekejap mejeng dan jeprat jepret di tengah bau khas ruangan itu, kami meninggalkan ruang pemroses pembuatan pakan ikan lele (pellets) milik kelompok usaha bersama "MINA BAROKAH" Rt.01 Rw.01 Desa Kumpulrejo Kecamatan Kapas. Dan sang lelaki kekar, Ahmad Junaidi, adalah ketuanya.
Dengan sedikit peluh sisa mengikuti kerja bakti perbaikan jalan lingkungan dan penanaman 275 batang kelor (Morienga Oleifera) bersama Kader Lingkungan Hidup Desa Kumpulrejo dan Jamaah Tahlil serta ibu ibu Tim Penggerak PKK Desa, kami beranjak dari 'pabrik pakan lele' menuju rumah kediaman mas jun. Begitu dia biasa dipanggil oleh koleganya. Begitu juga kami.
KUBE "MINA BAROKAH" berdiri pada 2014 selepas Ahmad Junaidi melepaskan jabatannya sebagai Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Program PNPM MP. Berbekal kemampuan menginisiasi dan manajemen sumberdaya dia bentuk Kelompok Usaha Bersama itu.
Ibarat tidak bertepuk sebelah tangan, maka tidak terlalu lama datang bantuan peralatan pembuatan pakan lele (pellet) itu. Setelah jatuh bangun beruji coba, sekarang kelompok ini sudah mampu memproduksi 2 ton pellet per bulan.
Bantuan peralatan yang diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro Tahun Anggaran 2014 itu saat ini sudah menghasilkan omset penjualan sebesar Rp.12.600.000 / bulan. Dengan total laba kelompok sebesar 2,4 juta per bulan.
Masih kecil, memang. Tetapi semangat mas jun jauh melampaui angka itu. Dia bercerita, salah satu faktor tingginya biaya produksi disebabkan bahan baku yang berupa tepung ikan masih harus didatangkan dari luar kabupaten. Seandainya kelompoknya sudah memiliki mesin penepung, tentu dia dapat mengambil sisa sisa ikan penyedia kuliner di seantero Bojonegoro dan mengolahnya sehingga dapat menekan ongkos produksi.
Selain itu, perkakas mesin bantuan yang untuk membuat ukuran pellet masih belum lengkap. Saat ini, KUBE 'MINA BAROKAH' masih membutuhkan alat pengolah ukuran pellet yang berukuran -1 dan -2 yang diperlukan bagi ikan ikan di umur umur awal.
Mas Jun bukanlah tipe gampang menyerah. Bersama kelompoknya, dia urus persoalan pengabsahan pada laboratorium untuk memastikan kualitas produk dan perluasan pasar. Dia wajibkan semua anggota kelompoknya untuk membuat kolam demplot.
Angan dia masih membubung. Dia ingin mencoba sesuatu yang baru, bagaimana dia bisa menciptakan sesuatu yang "iconic" bagi desa tanah leluhurnya, Kumpulrejo. Banyak angan yang ingin dia wujudkan bersama kelompok dan masyarakatnya. Dia ingin tanah kelahirannya bisa sama sama berdiri tegak dan sejajar desa lain dalam wilayah Kecamatan Kapas. Lanjutkan mas jun. Anda adalah secercah harap dari ruang pengap. You will never walk alone. Anda tidak akan berjalan sendiri.