(Menyambut Festival Salak Wedi 2017)
Adalah Basyir Mujtaba--lebih tepatnya (alm) K.H.Basyir Mujtaba--seorang santri Syaikhona Kholil Bangkalan Madura di tahun 1700-an yang berasal dari desa Pacul Kecamatan Kota Bojobegoro. Kala itu Basyir Mujtaba muda diutus Ra Kholil untuk melaksanakan 'tour of duty' (perjalanan tugas) menyibak mendung gelap yang menggelayut di langit desa wedi.
Desa kecil yang kering dan miskin kala itu dipenuhi praktek kemaksiatan dan penuh keangkaramurkaan, kala itu, membuat lurah wedi saat itu ( K.H.Abubakar) dan cariknya (K.H.Abdul Jabbar) merasa perlu memohon kepada Ra Kholil untuk mengutus dan mengirim 'santri linuwih'nya untuk menyibak mendung gelap di langit desa wedi.
Berbekal sejanjang salak berangkatlah Basyir Mujtaba menunaikan tugas. Demi amanat kekhalifahan---menyeru kebaikan dan mencegah sebisa mungkin kemungkaran---K.Basyir Mujtaba memulai dakwahnya. Tentu, dengan menanam bibit salak di sekitar tempat kediaman beliau, di sebidang tanah hibah dari K.H.Abu Bakar, sang lurah saat itu.
Dengan ketekunan beliau, dalam perkembangannya, santri beliau semakin bertambah. Bermula dari anak anak desa wedi kemudian meluas ke desa desa sekitar. Sepurnanya para santri menimba ilmu, bibit salak itu kemudian tertanam di pekarangan rumah warga desa sekitar hasil penanaman santri alumni K.H.Basyir Mujtaba yang pulang kampung dan membawa bibit salak itu.
Berubahlah desa wedi dan sekitarnya. Dari semula gelap dipenuhi mendung keangkaramurkaan menjadi desa yang subur, pertanian tertata dan pekarangan yang dipenuhi tanaman salak.
Hal lain yang patut diteladani, tanah hibah yang dulu ditempati beliau, dihibahkan kembali kepada pemerintah desa, yang sekarang ditempati bangunan masjid jami' desa Wedi Kecamatan Kapas.
Berawal dari bibit salak yang di bawa dan dibawa santri pulang ke rumah asal, sekarang 'varietas salak wedi' menghijau-royokan kawasan agropolitan kapas yang mencakup 10 desa (Tanjungharjo, Wedi, Kalianyar, Padangmentoyo, Bangilan, Bendo, Kedaton, Klampok, Sembung dan Tapelan).
K.H.Basyir Mujtaba telah wafat. K.H.Abu Bakar telah berpulang keharibaanNYA dan K H.Abdul Jabbar telah menghadap Allah Subhanahu wa taala. Ruh perjuangan dan semangat menciptakan kehidupan lebih baik bagi masa depan tetap mengalir deras dalam nadi 'basyir mujtaba muda' di era sekarang. Mereka bersatu padu dalam komunitas "PEDULI SALAK WEDI". Dari salak mereka bergerak, dari Wedi mereka berinovasi.
Selamat berfestival. Banyak agenda ke depan yang harus dikerjakan. Perbaikan prasarana, melengkapi bangunan pendukung untuk mewujudkan destinasi agrowisata unggulan, menciptakan panorama yang menggoda mata, memilih produk olahan unggulan berbahan dasar salak dari 30-an lebih yang telah berhasil di ujicoba, menciptakan 'branding image' kawasan agropolitan, merumuskan visi bersama atas prinsip pemilahan unggulan desa dalam kawasan, menguatkan dan memberdayakan masyarakat kawasan dan masih banyak lagi.
Di tengah agenda itu FESTIVAL SALAK WEDI 2017 adalah jawaban kunci. Ya, jawaban kunci yang akan membuka, mengurai dan menemukan solusi atas agenda di atas. Semoga focus group discussion (FGD) yang mewarnai acara festival mampu memberi jalan tetang, seperti yang telah ditorehkan trio peletak dasar keberadaan salak wedi (K.H.Basyir Mujtaba, K.H.Abu Bakar dan K.H.Abdul Jabbar).
Atas itu, bukan pilihan salah jika Festival ini menjadi rangkaian haul beliau.
Tantangan bagi generasi sekarang sesungguhnya gampang. Ubah pesan Syaikhona Kholil : buah salak ini untuk menyuguhi tamu, menjadi : buah salak ini harus menjadi pengundang tamu di era sekarang dan ke depan. BUAH SALAK INI HARUS MENJADI PENGUNDANG TAMU DI ERA SEKARANG DAN KE DEPAN. Setuju...???


By Admin
Dibuat tanggal 03-04-2017
1139 Dilihat